Hingga aku tersadar. Rasa yang menerpa merupakan bagian dari kewajaran dari kita sebagai manusia. Rasa itu merupakan anugerah dari Yang Maha Pemberi. Rasa itu mungkin merupakan sentilan dari Yang Maha Bijak, ketika aku mulai tidak menjalani perintahnya secara khusuk. Ketika segala pengabdianku kepada Nya aku jalani setengah hati. Ketika hanya ceremonial secara jasmani saja yang aku jalani. Tapi essensi dari segala yang aku kerjakan tidak aku dapatkan. Semua hanya berpatokan dari untung dan rugi saja. Rasa iklash telah berkurang dalam hati.
Tanpa terencana rasa bahagia datang menerpa. Ketika ada keiklasan dalam hati. Ketika cahaya-Nya mulai menyinari. Ketika embun pagi terasa sebagai rahmat ilahi. Ketika syukur mulai terpancar dalam jiwa. Aku sadar, rasa susah dan senang akan datang silih berganti. Tinggal bagaimana kita menyikapi datangnya hal tersebut. Kita jangan terlarut dalam kedua hal tersebut. Tapi kedua hal itu yang harus larut dalam samudera jiwa. Hingga terpancar cahaya pelangi yang mempesona. Cahaya yang merupakan anugerah dari rasa kasih-Nya.
By: irdna
suka tak terasa ya mas, keiklasahan dalam hati sering terkikis karena kita sendiri yang terlalu larut dalam kesibukan sehari-hari kita. yang akhirnya menjebak kita ke dalam rutinitas ibadah yang hampa.
BalasHapusterimakasih sudah mampir mas andri. Maaf baru bisa berkunjung sekarang. udah jarang buka internet .. he..he. kecian banget y.. salam buat keluarga http://stradivari.blogspot.com Ninink
BalasHapusbagus sekali tulisanmu yang ini Ndri, love it..keep writing bro! tetap semangat!!!
BalasHapus