Ayo Bersama Kita Miningkatkan Traffic.....
Selasa, 25 Maret 2008
Kembali
Ada rasa tuk meniti cahaya
Namun pesona duniawi selalu menyilaukan
Hingga terlena terjaring waktu yang terus berputar
Melayang dalam kebingungan dan kebimbangan jalan fatamorgana
Terhempas dan terbuang dari kancah surgawi
Merenda guratan palsu yang menyesatkan
Terbius alunan semu mabukkan jiwa
Hangatkan sukma terbelenggu asa tiada bertepi
Sinar itu hanya selayang pandang
Berkelebat pergi tinggalkan keraguan
Rasa syahdu membuncah menggapai harapan
Terlukis indah dalam angan yang merindu
Alunan ayat-Mu menembus batas keletihan yang membara
Tasbih semesta hanyutkan dahaga yang melanda
Menggema hingga sadarkan jiwa yang tengah terpesona
Balurkan rindu tuk kembali ke titian sejati
Derap samudera tlah terkendali iringi bayang yang terbias nyata
Mengalun harmoni membentuk aliran yang sejukkan hati
Iringi merdu hiasi hati yang mengembun pancarkan rona yang bersemu jingga
Menggapai ridho mengalir terhembus takdir bersandar pada kilau kata yang suci
by : irdna
Jumat, 21 Maret 2008
Buah yang Manis
Kisah ini dimulai sekitar tahun 1980. Ada seorang anak laki-laki berumur sekitar 7 th. Anak tersebut dari keluarga yang sangat miskin. Ibunya sudah meninggal sejak ia masih kecil. Dan dia tinggal dengan neneknya. Ayahnya sudah menikah lagi. Si anak berjualan es keliling untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Kulitnya yang hitam dan rambut yang merah menandakan dia setiap hari berpanas-panas untuk menjajakan dagangannya.
Suatu hari dia dipanggil oleh suatu keluarga karena anaknya akan membeli es dagangannya. Si nyonya rumah merasa iba melihat kondisi anak tersebut. Dia memperhatikan, baju yang sudah lusuh dan kumal, sandal yang berlainan warna kiri dan kanan, mata yang memerah menandakan dia sudah kepayahan. Si nyonya rumah menawarkan dia bekerja di rumah tersebut, untuk menjadi pembantu rumah tangga dan dimasukkan sekolah dasar, karena sampai saat itu si anak belum pernah mengenyam bangku sekolah.
Setelah mendapat ijin dari sang nenek, mulailah dia tinggal bersama keluarga itu. Keluarga tersebut mempunyai 3 orang anak yang masih kecil-kecil. Setiap hari dia bangun pagi sekali. Setelah sholat subuh dia mengerjakan pekerjaan rumah, menyapu, mencuci piring, mencuci baju, lalu pada jam 7 dia berangkat sekolah. Sepulang sekolah dia melanjutkan pekerjaan rumah. Setelah itu dia menemani anak-anak majikannya bermain. Demikian pekerjaan itu dijalaninya selama bertahun-tahun dengan hati senang dan ikhlash.
Hingga pada suatu hari si tuan rumah di pindah tugas ke lain kota oleh instansi tempatnya bekerja. Pada saat itu si anak sudah berumur 18 th. Dia sudah duduk di bangku SMA. Tidak terasa sudah 11 tahun dia mengabdi pada keluarga tersebut. Sudah saatnya dia hidup mandiri, karena dia tidak mau berpisah dengan neneknya, dengan ikut keluarga tersebut. Terpaksa dia berpisah dengan keluarga yang telah banyak berjasa dalam hidupnya. Rasa berat untuk berpisah dirasa sangat berat bagi keluarga terutama sang tuan rumah. Karena dia menemukan semangat yang luar biasa untuk belajar pada diri sang anak.
Dua puluh tahun berlalu, Si tuan rumah sudah berpindah tugas beberapa kali, dan dia menduduki suatu jabatan penting di instansi pemerintah dan ditempatkan di ibukota propinsi. Setiap hari dia menemui tamu dan beberapa pejabat pemerintah untuk urusan kedinasan. Suatu hari dia di hubungi receptionist bahwa ada seorang tamu yang mengaku anak angkatnya dulu. Ingin bertemu. Si tuan rumah sudah mulai lupa dengan anak pungutnya. Dia berpikir mungkin hanya orang yang mengaku-ngaku saja. Jaman sekarang banyak orang yang memanfaatkan kesempatan untuk memperoleh keuntungan dengan segala cara.
Begitu bertemu si tuan rumah sudah tidak mengenali, karena kondisi si anak sudah jauh berbeda. Dia berpakaian rapi ber jas dan berdasi. Begitu dijelaskan, betapa terharunya si tuan rumah. Ternyata si anak sudah menjabat kepala dinas di sebuah instansi pendidikan. Dia sudah hidup makmur. Rupanya setelah berpisah dengan keluarga si tuan rumah, si anak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi hingga mencapai gelar Sarjana. Dia membiayai kuliahnya dengan menjadi loper Koran.
Renungan : Semua yang dilakukan dengan tulus iklash akan membuahkan hasil yang manis. Si anak pungut iklash membantu keluarga si tuan rumah, sedangkan si tuan rumah juga iklash membantu pendidikan sang anak pungut. Demikianlah rantai kebajikan akan memunculkan kebaikan pula. Tali silaturahmi antara si anak pungut dengan keluarga si tuan rumah terus terjalin, meskipun sekarang dipisahkan jarak. Si tuan rumah merasa bangga dengan apa yang telah dicapai oleh si anak pungut, meskipun bukan merupakan darah dagingnya.
Congratulation just for Bp. Fathorrahman, SPd, MSc. You’ll always be in our heart.
By : irdna
Suatu hari dia dipanggil oleh suatu keluarga karena anaknya akan membeli es dagangannya. Si nyonya rumah merasa iba melihat kondisi anak tersebut. Dia memperhatikan, baju yang sudah lusuh dan kumal, sandal yang berlainan warna kiri dan kanan, mata yang memerah menandakan dia sudah kepayahan. Si nyonya rumah menawarkan dia bekerja di rumah tersebut, untuk menjadi pembantu rumah tangga dan dimasukkan sekolah dasar, karena sampai saat itu si anak belum pernah mengenyam bangku sekolah.
Setelah mendapat ijin dari sang nenek, mulailah dia tinggal bersama keluarga itu. Keluarga tersebut mempunyai 3 orang anak yang masih kecil-kecil. Setiap hari dia bangun pagi sekali. Setelah sholat subuh dia mengerjakan pekerjaan rumah, menyapu, mencuci piring, mencuci baju, lalu pada jam 7 dia berangkat sekolah. Sepulang sekolah dia melanjutkan pekerjaan rumah. Setelah itu dia menemani anak-anak majikannya bermain. Demikian pekerjaan itu dijalaninya selama bertahun-tahun dengan hati senang dan ikhlash.
Hingga pada suatu hari si tuan rumah di pindah tugas ke lain kota oleh instansi tempatnya bekerja. Pada saat itu si anak sudah berumur 18 th. Dia sudah duduk di bangku SMA. Tidak terasa sudah 11 tahun dia mengabdi pada keluarga tersebut. Sudah saatnya dia hidup mandiri, karena dia tidak mau berpisah dengan neneknya, dengan ikut keluarga tersebut. Terpaksa dia berpisah dengan keluarga yang telah banyak berjasa dalam hidupnya. Rasa berat untuk berpisah dirasa sangat berat bagi keluarga terutama sang tuan rumah. Karena dia menemukan semangat yang luar biasa untuk belajar pada diri sang anak.
Dua puluh tahun berlalu, Si tuan rumah sudah berpindah tugas beberapa kali, dan dia menduduki suatu jabatan penting di instansi pemerintah dan ditempatkan di ibukota propinsi. Setiap hari dia menemui tamu dan beberapa pejabat pemerintah untuk urusan kedinasan. Suatu hari dia di hubungi receptionist bahwa ada seorang tamu yang mengaku anak angkatnya dulu. Ingin bertemu. Si tuan rumah sudah mulai lupa dengan anak pungutnya. Dia berpikir mungkin hanya orang yang mengaku-ngaku saja. Jaman sekarang banyak orang yang memanfaatkan kesempatan untuk memperoleh keuntungan dengan segala cara.
Begitu bertemu si tuan rumah sudah tidak mengenali, karena kondisi si anak sudah jauh berbeda. Dia berpakaian rapi ber jas dan berdasi. Begitu dijelaskan, betapa terharunya si tuan rumah. Ternyata si anak sudah menjabat kepala dinas di sebuah instansi pendidikan. Dia sudah hidup makmur. Rupanya setelah berpisah dengan keluarga si tuan rumah, si anak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi hingga mencapai gelar Sarjana. Dia membiayai kuliahnya dengan menjadi loper Koran.
Renungan : Semua yang dilakukan dengan tulus iklash akan membuahkan hasil yang manis. Si anak pungut iklash membantu keluarga si tuan rumah, sedangkan si tuan rumah juga iklash membantu pendidikan sang anak pungut. Demikianlah rantai kebajikan akan memunculkan kebaikan pula. Tali silaturahmi antara si anak pungut dengan keluarga si tuan rumah terus terjalin, meskipun sekarang dipisahkan jarak. Si tuan rumah merasa bangga dengan apa yang telah dicapai oleh si anak pungut, meskipun bukan merupakan darah dagingnya.
Congratulation just for Bp. Fathorrahman, SPd, MSc. You’ll always be in our heart.
By : irdna
Renungan untuk suami-suami: Bila Istri Cerewet
Adakah istri yang tidak cerewet? Sulit menemukannya. Bahkan istri Khalifah sekaliber Umar bin Khatab pun cerewet.
Seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa. Menuju kediaman khalifah Umar bin Khatab. Ia ingin mengadu pada khalifah; tak tahan dengan kecerewetan istrinya. Begitu sampai di depan rumah khalifah, laki-laki itu tertegun. Dari dalam rumah terdengar istri Umar sedang ngomel, marah-marah. Cerewetnya melebihi istri yang akan diadukannya pada Umar. Tapi, tak sepatah katapun terdengar keluhan dari mulut khalifah. Umar diam saja, mendengarkan istrinya yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya pada Umar.
Apa yang membuat seorang Umar bin Khatab yang disegani kawan maupun lawan, berdiam diri saat istrinya ngomel? Mengapa ia hanya mendengarkan, padahal di luar sana,ia selalu tegas pada siapapun?
Umar berdiam diri karena ingat 5 hal. Istrinya berperan sebagai BP4. Apakah BP4 tersebut?
1. Benteng Penjaga Api Neraka
Kelemahan laki-laki ada di mata. Jika ia tak bisa menundukkan pandangannya, niscaya panah-panah setan berlesatan dari matanya, membidik tubuh-tubuh elok di sekitarnya. Panah yang tertancap membuat darah mendesir, bergolak, membangkitkan raksasa dalam dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun demi terpuasnya satu hal; syahwat.
Adalah sang istri yang selalu berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki untuk menyemai benih, menuai buah di kemudian hari. Adalah istri tempat ia mengalirkan berjuta gelora. Biar lepas dan bukan azab yang kelak diterimanya, Ia malah mendapatkan dua kenikmatan: dunia dan akhirat.
Maka, ketika Umar terpikat pada liukan penari yang datang dari kobaran api, ia akan ingat pada istri, pada penyelamat yang melindunginya dari liukan indah namun membakar. Bukankah sang istri dapat menari, bernyanyi dengan liukan yang sama, lebih indah malah. Membawanya ke langit biru. Melambungkan raga hingga langit ketujuh. Lebih dari itu istri yang salihah selalu menjadi penyemangatnya dalam mencari nafkah.
2. Pemelihara Rumah
Pagi hingga sore suami bekerja. Berpeluh. Terkadang sampai mejelang malam. Mengumpulkan harta. Setiap hari selalu begitu. Ia pengumpul dan terkadang tak begitu peduli dengan apa yang dikumpulkannya. Mendapatkan uang, beli ini beli itu. Untunglah ada istri yang selalu menjaga, memelihara. Agar harta diperoleh dengan keringat, air mata, bahkan darah tak menguap sia-sia Ada istri yang siap menjadi pemelihara selama 24 jam, tanpa bayaran.
Jika suami menggaji seseorang untuk menjaga hartanya 24 jam, dengan penuh cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki yang tinggi, siapa yang sudi? Berapa pula ia mau dibayar. Niscaya sulit menemukan pemelihara rumah yang lebih telaten daripada istrinya. Umar ingat betul
akan hal itu. Maka tak ada salahnya ia mendengarkan omelan istri, karena (mungkin) ia lelah menjaga harta-harta sang suami yang semakin hari semakin membebani.
3. Penjaga Penampilan
Umumnya laki-laki tak bisa menjaga penampilan. Kulit legam tapi berpakaian warna gelap. Tubuh tambun malah suka baju bermotif besar. Atasan dan bawahan sering tak sepadan. Untunglah suami punya penata busana yang setiap pagi menyiapkan pakaianannya, memilihkan apa yang pantas untuknya, menjahitkan sendiri di waktu luang, menisik bila ada yang sobek. Suami yang tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri. Tak mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas kecakapannya itu
4. Pengasuh Anak-anak
Suami menyemai benih di ladang istri. Benih tumbuh, mekar. Sembilan bulan istri bersusah payah merawat benih hingga lahir tunas yang menggembirakan. Tak berhenti sampai di situ. Istri juga merawat tunas agar tumbuh besar. Kokoh dan kuat. Jika ada yang salahdengan pertumbuhan sang tunas, pastilah istri yang disalahkan. Bila tunas membanggakan lebih dulu suami maju ke
depan, mengaku, ?akulah yang membuatnya begitu.? Baik buruknya sang tunas beberapa tahun ke depan tak lepas dari sentuhan tangannya. Umar paham benar akan hal itu.
5. Penyedia Hidangan
Pulang kerja, suami memikul lelah di badan. Energi terkuras, beraktivitas di seharian. Ia butuh asupan untuk mengembalikan energi. Di meja makan suami Cuma tahu ada hidangan: ayam panggang kecap, sayur asam,sambal terasi dan lalapan. Tak terpikir olehnya harga ayam melambung; tadi bagi istrinya sempat berdebat, menawar, harga melebihi anggaran. Tak perlu suami memotong sayuran, mengulek bumbu, dan memilah-milih cabai dan bawang. Tak pusing ia memikirkan berapa takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami tahu hanya makan. Itupun terkadang dengan jumlah berlebihan; menyisakan sedikit saja untuk istri si juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk suami. Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami.
Dengan mengingat lima peran ini, Umar kerap diam setiap istrinya ngomel. Mungkin dia capek, mungkin dia jenuh dengan segala beban rumah tangga di pundaknya.Istri telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh anak-anak, menyediakan hidangan untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah buah lelah.
Umar hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah ia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda.Hingga tak terhindar pertumpahan ludah dan caci makitak terpuji.
Akankah suami-suami masa kini dapat mencontoh perilaku Umar ini ?. Ia tak hanya berhasil memimpin negara tapi juga menjadi imam idaman bagi keluarganya.
Seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa. Menuju kediaman khalifah Umar bin Khatab. Ia ingin mengadu pada khalifah; tak tahan dengan kecerewetan istrinya. Begitu sampai di depan rumah khalifah, laki-laki itu tertegun. Dari dalam rumah terdengar istri Umar sedang ngomel, marah-marah. Cerewetnya melebihi istri yang akan diadukannya pada Umar. Tapi, tak sepatah katapun terdengar keluhan dari mulut khalifah. Umar diam saja, mendengarkan istrinya yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya pada Umar.
Apa yang membuat seorang Umar bin Khatab yang disegani kawan maupun lawan, berdiam diri saat istrinya ngomel? Mengapa ia hanya mendengarkan, padahal di luar sana,ia selalu tegas pada siapapun?
Umar berdiam diri karena ingat 5 hal. Istrinya berperan sebagai BP4. Apakah BP4 tersebut?
1. Benteng Penjaga Api Neraka
Kelemahan laki-laki ada di mata. Jika ia tak bisa menundukkan pandangannya, niscaya panah-panah setan berlesatan dari matanya, membidik tubuh-tubuh elok di sekitarnya. Panah yang tertancap membuat darah mendesir, bergolak, membangkitkan raksasa dalam dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun demi terpuasnya satu hal; syahwat.
Adalah sang istri yang selalu berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki untuk menyemai benih, menuai buah di kemudian hari. Adalah istri tempat ia mengalirkan berjuta gelora. Biar lepas dan bukan azab yang kelak diterimanya, Ia malah mendapatkan dua kenikmatan: dunia dan akhirat.
Maka, ketika Umar terpikat pada liukan penari yang datang dari kobaran api, ia akan ingat pada istri, pada penyelamat yang melindunginya dari liukan indah namun membakar. Bukankah sang istri dapat menari, bernyanyi dengan liukan yang sama, lebih indah malah. Membawanya ke langit biru. Melambungkan raga hingga langit ketujuh. Lebih dari itu istri yang salihah selalu menjadi penyemangatnya dalam mencari nafkah.
2. Pemelihara Rumah
Pagi hingga sore suami bekerja. Berpeluh. Terkadang sampai mejelang malam. Mengumpulkan harta. Setiap hari selalu begitu. Ia pengumpul dan terkadang tak begitu peduli dengan apa yang dikumpulkannya. Mendapatkan uang, beli ini beli itu. Untunglah ada istri yang selalu menjaga, memelihara. Agar harta diperoleh dengan keringat, air mata, bahkan darah tak menguap sia-sia Ada istri yang siap menjadi pemelihara selama 24 jam, tanpa bayaran.
Jika suami menggaji seseorang untuk menjaga hartanya 24 jam, dengan penuh cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki yang tinggi, siapa yang sudi? Berapa pula ia mau dibayar. Niscaya sulit menemukan pemelihara rumah yang lebih telaten daripada istrinya. Umar ingat betul
akan hal itu. Maka tak ada salahnya ia mendengarkan omelan istri, karena (mungkin) ia lelah menjaga harta-harta sang suami yang semakin hari semakin membebani.
3. Penjaga Penampilan
Umumnya laki-laki tak bisa menjaga penampilan. Kulit legam tapi berpakaian warna gelap. Tubuh tambun malah suka baju bermotif besar. Atasan dan bawahan sering tak sepadan. Untunglah suami punya penata busana yang setiap pagi menyiapkan pakaianannya, memilihkan apa yang pantas untuknya, menjahitkan sendiri di waktu luang, menisik bila ada yang sobek. Suami yang tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri. Tak mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas kecakapannya itu
4. Pengasuh Anak-anak
Suami menyemai benih di ladang istri. Benih tumbuh, mekar. Sembilan bulan istri bersusah payah merawat benih hingga lahir tunas yang menggembirakan. Tak berhenti sampai di situ. Istri juga merawat tunas agar tumbuh besar. Kokoh dan kuat. Jika ada yang salahdengan pertumbuhan sang tunas, pastilah istri yang disalahkan. Bila tunas membanggakan lebih dulu suami maju ke
depan, mengaku, ?akulah yang membuatnya begitu.? Baik buruknya sang tunas beberapa tahun ke depan tak lepas dari sentuhan tangannya. Umar paham benar akan hal itu.
5. Penyedia Hidangan
Pulang kerja, suami memikul lelah di badan. Energi terkuras, beraktivitas di seharian. Ia butuh asupan untuk mengembalikan energi. Di meja makan suami Cuma tahu ada hidangan: ayam panggang kecap, sayur asam,sambal terasi dan lalapan. Tak terpikir olehnya harga ayam melambung; tadi bagi istrinya sempat berdebat, menawar, harga melebihi anggaran. Tak perlu suami memotong sayuran, mengulek bumbu, dan memilah-milih cabai dan bawang. Tak pusing ia memikirkan berapa takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami tahu hanya makan. Itupun terkadang dengan jumlah berlebihan; menyisakan sedikit saja untuk istri si juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk suami. Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami.
Dengan mengingat lima peran ini, Umar kerap diam setiap istrinya ngomel. Mungkin dia capek, mungkin dia jenuh dengan segala beban rumah tangga di pundaknya.Istri telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh anak-anak, menyediakan hidangan untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah buah lelah.
Umar hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah ia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda.Hingga tak terhindar pertumpahan ludah dan caci makitak terpuji.
Akankah suami-suami masa kini dapat mencontoh perilaku Umar ini ?. Ia tak hanya berhasil memimpin negara tapi juga menjadi imam idaman bagi keluarganya.
Oleh : Ahmad Bustam
Find this article on milist supermindpwer.
lets join in http://tech. groups.yahoo. com/group/ SuperMindPower
Hukum Menabur dan Mnuai
Pada suatu hari seorang pemuda sedang berjalan di tengah hutan, tiba-tiba ia mendengar jeritan minta tolong. Ternyata ia melihat seorang pemuda sebaya dengan dia sedang bergumul dengan lumpur yang mengambang, semakin bergerak semakin dalam ia terperosok. Pemuda pertama tadi sekuat tenaga memberikan pertolongan, dengan susah payah pemuda yang terperosok itu dapat diselamatkan. Pemuda pertama memapah pemuda yang terperosok tadi pulang ke rumah.
Ternyata rumah si pemuda kedua sangat bagus, besar, megah dan mewah. Ayah pemuda ini sangat berterima kasih atas pertolongan yang diberikan kepada anaknya, dan hendak memberikan uang, pemuda yang pertama ini menolak pemberian tersebut. Ia berkata bahwa sudah selayaknya sesama manusia menolong orang lain yang dalam kesusahan. Sejak kejadian ini mereka menjalin persahabatan. Si pemuda pertama adalah seorang yang miskin, sedangkan pemuda kedua adalah bangsawan yang kaya raya. Si pemuda yang miskin ini mempunyai cita-cita untuk menjadi dokter, namun ia tidak mempunyai biaya untuk kuliah.
Tetapi ada seorang yang murah hati yaitu ayah dari pemuda bangsawan itu. Ia memberi beasiswa sampai akhirnya meraih gelar dokter. Tahukah anda nama pemuda miskin yang jadi dokter ini? Namanya Alexander Fleming, yang kemudian menemukan obat Penicillin.
Si pemuda bangsawan masuk dinas militer dan dalam suatu tugas ke medan perang, ia terluka parah hingga menyebabkan demam yang sangat tinggi karena infeksi. Pada waktu itu belum ada obat untuk infeksi serupa itu. Para dokter mendengar tentang penicillin yang merupakan obat penemuan baru. Apa yang terjadi? Berangsur-angsur demam akibat infeksi itu reda dan si pemuda akhirnya sembuh!! Tahukah anda siapa nama pemuda itu? Namanya adalah Winston Churchil, PM Inggris yang termasyur itu.
Dalam kisah ini kita dapat melihat hukum menabur dan menuai. Fleming menabur kebaikan, ia menuai kebaikan pula. Cita-citanya terkabul, ia menjadi dokter. Fleming menemukan penicillin yang akhirnya menolong jiwa Churchil. Tidaklah sia-sia beasiswa yang diberikan ayah churchil
Ternyata rumah si pemuda kedua sangat bagus, besar, megah dan mewah. Ayah pemuda ini sangat berterima kasih atas pertolongan yang diberikan kepada anaknya, dan hendak memberikan uang, pemuda yang pertama ini menolak pemberian tersebut. Ia berkata bahwa sudah selayaknya sesama manusia menolong orang lain yang dalam kesusahan. Sejak kejadian ini mereka menjalin persahabatan. Si pemuda pertama adalah seorang yang miskin, sedangkan pemuda kedua adalah bangsawan yang kaya raya. Si pemuda yang miskin ini mempunyai cita-cita untuk menjadi dokter, namun ia tidak mempunyai biaya untuk kuliah.
Tetapi ada seorang yang murah hati yaitu ayah dari pemuda bangsawan itu. Ia memberi beasiswa sampai akhirnya meraih gelar dokter. Tahukah anda nama pemuda miskin yang jadi dokter ini? Namanya Alexander Fleming, yang kemudian menemukan obat Penicillin.
Si pemuda bangsawan masuk dinas militer dan dalam suatu tugas ke medan perang, ia terluka parah hingga menyebabkan demam yang sangat tinggi karena infeksi. Pada waktu itu belum ada obat untuk infeksi serupa itu. Para dokter mendengar tentang penicillin yang merupakan obat penemuan baru. Apa yang terjadi? Berangsur-angsur demam akibat infeksi itu reda dan si pemuda akhirnya sembuh!! Tahukah anda siapa nama pemuda itu? Namanya adalah Winston Churchil, PM Inggris yang termasyur itu.
Dalam kisah ini kita dapat melihat hukum menabur dan menuai. Fleming menabur kebaikan, ia menuai kebaikan pula. Cita-citanya terkabul, ia menjadi dokter. Fleming menemukan penicillin yang akhirnya menolong jiwa Churchil. Tidaklah sia-sia beasiswa yang diberikan ayah churchil
Find this article on milist Motivasi_Net@yahoogroups.com. lets join
Rabu, 12 Maret 2008
Home Sweet Home
Selasa, 11 Maret 2008
Surga Dunia-Mu
Ketika khusu’ tlah selimuti sholatku
Airmata turun bagai salju
Ku tak tahu tlah sampai langit ke tuju?
Atau aku tak pernah beranjak dari tempatku
Atau bahkan Engkau meliputiku
Desir nyanyian angin mengiringi setiap gerakan
Dinginnya malam menusuk tulang menyertai
Sepi melanda jiwa yang haus kasih-Mu
Membawa sukma merajut waktu yang telah tersisa
Hati terbuai akan indahnya mahligai ketenangan jiwa
Rasakan takjub yang menggelora merasuk qolbu
Nikmati madu asmara kasih-Mu
Usir debur ombak gelombang nafsu duniawi
Menuju riak aliran syahdu berbalut rindu
by irdna
Ketika Merubah Haluan
Dalam keterlenaan aku menikmati pekerjaan saat itu. Begitu terlenanya sehingga aku tidak memikirkan improvement pada diriku mengenai pengetahuan, ketrampilan dan yang terpenting peningkatan kesejahteraan. Yang ada hanya bagaimana bertahan hidup saja. Pergulatanku pada bidang utility membuat aku sibuk, dan pikiran hingga waktuku terbuang hanya untuk menjamin beroperasinya mesin2 utility sebagaimana mestinya.
Hingga pada suatu hari ada peluang untuk merubah haluan, cara kerja, serta semangat kerja, yang didalamnya sudah termasuk developing of my knowledge, my skill, and my salary. Namun proses untuk mencapai itu sungguh harus melalui beberapa rintangan dan cobaan. Maklum aku sudah 6 tahun at my old job. Rasa kebimbangan dan keraguan berkecamuk di dalam dada, meskipun semua rangkaian proses seleksi dan interview sudah aku lalui dengan baik, dan sudah melalui tahap tandatangan kontrak. Rasa bimbang dan ragu semakin berkecamuk ketika pendapat dari orang-orang terdekatku mengiang dalam pikiran. Ada yang mensuport, tapi ada juga yang menyarankan batalkan aja. Hal yang paling berat, adalah saat itu my wife sedang hamil, terus terang hal inilah yang menjadi ganjalan di hatiku, bagaimana kalau aku gagal, bagaimana kalau semua yang telah disepakati tidak sesuai dengan kesepakatan, bagaimana aku menghidupi keluargaku yang akan bertambah satu lagi. Bila aku mundur kesempatan belum tentu datang dua kali.
Akhirnya dalam kebimbangan ada suatu kejadian yang menyedihkan dan sekaligus petunjuk dari Yang Maha Kuasa, istriku melahirkan pada umur kandungan 5 bulan. Dokter memvonis bayiku tidak akan mampu bertahan 2 jam. Benar saja 1 jam kemudian bayiku meninggal. Sangat sedih aku saat itu, disaat aku dalam kebimbangan aku diberi cobaan seperti ini. Tapi dalam kesedihan ada setetes kelegaan dalam hatiku. Aku sulit menjelaskannya. Akhirnya aku berkesimpulan ini merupakan jawaban dari Yang di Atas atas kebimbangaku selama ini. Yah…., dengan meninggalnya bayiku mungkin Tuhan membuat scenario untuk membuat pikiranku mantap pada pilihan pindah kerja. Seumpama aku gagal ,jumlah yang terlantar akan berkurang satu. Begitulah pikiranku saat itu. Maafkan aku anakku ( Ramadhan Firdaus Setiabudi ). Aku bukannya tidak menghendaki kehadiranmu di dunia.
Masa pengunduran diri akhirnya tiba. Sangat berat bagiku saat itu, berpisah dengan rekan2 kerja, atasan, bawahan, kondisi kerja yang telah aku jalani selama 6 tahun sungguh sangat membekas dalam hatiku. Kupandangi area kerjaku dengan seksama, may be, it's a last time me at here.
Masa kerja di area baru sungguh membuat aku terpesona, takjub, dan senang menjadi satu. Dimana aku mendapat pengalaman baru, kondisi baru, dan teman2 baru. Dan yang terpenting aku mendapat kesejahteraan yang lebih bila dibandingkan yang lalu. My knowledge n my skill benar2 terasah dan berkembang. Memang bidang yang aku geluti tidak berbeda jauh with my old job. Tapi kondisi kerja, dan system kerja yang terstruktur membuat aku enjoy dengan pekerjaan baruku.
by: irdna
Hingga pada suatu hari ada peluang untuk merubah haluan, cara kerja, serta semangat kerja, yang didalamnya sudah termasuk developing of my knowledge, my skill, and my salary. Namun proses untuk mencapai itu sungguh harus melalui beberapa rintangan dan cobaan. Maklum aku sudah 6 tahun at my old job. Rasa kebimbangan dan keraguan berkecamuk di dalam dada, meskipun semua rangkaian proses seleksi dan interview sudah aku lalui dengan baik, dan sudah melalui tahap tandatangan kontrak. Rasa bimbang dan ragu semakin berkecamuk ketika pendapat dari orang-orang terdekatku mengiang dalam pikiran. Ada yang mensuport, tapi ada juga yang menyarankan batalkan aja. Hal yang paling berat, adalah saat itu my wife sedang hamil, terus terang hal inilah yang menjadi ganjalan di hatiku, bagaimana kalau aku gagal, bagaimana kalau semua yang telah disepakati tidak sesuai dengan kesepakatan, bagaimana aku menghidupi keluargaku yang akan bertambah satu lagi. Bila aku mundur kesempatan belum tentu datang dua kali.
Akhirnya dalam kebimbangan ada suatu kejadian yang menyedihkan dan sekaligus petunjuk dari Yang Maha Kuasa, istriku melahirkan pada umur kandungan 5 bulan. Dokter memvonis bayiku tidak akan mampu bertahan 2 jam. Benar saja 1 jam kemudian bayiku meninggal. Sangat sedih aku saat itu, disaat aku dalam kebimbangan aku diberi cobaan seperti ini. Tapi dalam kesedihan ada setetes kelegaan dalam hatiku. Aku sulit menjelaskannya. Akhirnya aku berkesimpulan ini merupakan jawaban dari Yang di Atas atas kebimbangaku selama ini. Yah…., dengan meninggalnya bayiku mungkin Tuhan membuat scenario untuk membuat pikiranku mantap pada pilihan pindah kerja. Seumpama aku gagal ,jumlah yang terlantar akan berkurang satu. Begitulah pikiranku saat itu. Maafkan aku anakku ( Ramadhan Firdaus Setiabudi ). Aku bukannya tidak menghendaki kehadiranmu di dunia.
Masa pengunduran diri akhirnya tiba. Sangat berat bagiku saat itu, berpisah dengan rekan2 kerja, atasan, bawahan, kondisi kerja yang telah aku jalani selama 6 tahun sungguh sangat membekas dalam hatiku. Kupandangi area kerjaku dengan seksama, may be, it's a last time me at here.
Masa kerja di area baru sungguh membuat aku terpesona, takjub, dan senang menjadi satu. Dimana aku mendapat pengalaman baru, kondisi baru, dan teman2 baru. Dan yang terpenting aku mendapat kesejahteraan yang lebih bila dibandingkan yang lalu. My knowledge n my skill benar2 terasah dan berkembang. Memang bidang yang aku geluti tidak berbeda jauh with my old job. Tapi kondisi kerja, dan system kerja yang terstruktur membuat aku enjoy dengan pekerjaan baruku.
by: irdna
Moto Utility
Bersihkan strainer dari kotoran hati
Isi feed tank dengan air kebaikan
Nyalakan batubara dengan api semangat
Introspeksi diri dengan check Ph
Buang penyakit hati dengan soot blow
Murnikan hati semurni pure water
Kepala boleh panas, hati tetap sedingin chilled water
Blowdown semua ganjalan di hati
by: irdna
Isi feed tank dengan air kebaikan
Nyalakan batubara dengan api semangat
Introspeksi diri dengan check Ph
Buang penyakit hati dengan soot blow
Murnikan hati semurni pure water
Kepala boleh panas, hati tetap sedingin chilled water
Blowdown semua ganjalan di hati
by: irdna
Kamis, 06 Maret 2008
Sesal
Bila usia tlah terhenti
Yang ada hanya amal dan sepi
Menuju keharibaan ilahi
Lalui waktu yang kan abadi
Denting masa berakhir sudah
Deru ambisi tlah terputus
Berganti kegelapan dan penantian
Menunggu waktu yang masih tersisa
Ketakutan mulai menghampiri
Akan dosa-dosa yang tlah dilalui
Sesal dan ratap tiada guna
Azab dan siksa segera tiba
Sebelum semua datang melanda
Marilah kita berganti warna
Menuju ayat-Nya dan syukuri nikmat-Nya
Agar hidup lebih bermakna
By irdna
Rindu
Aku ingin kembali kepada-Mu
Jalani sepi dengan keheningan
Rasakan sukma mengalir syahdu
Nikmati lara dengan senyuman
Bulir rindu mengayun merdu
Harapkan tangan-Mu membelai lirih
Usap asa menjadi kepasrahan
Gores ambisi dengan iklash
Ayunan waktu beriak pergi
Hantarkan khusu’ mengalun harmoni
Tinggalkan dengki tersiram dusta
Menuju hamparan jiwa yang tlah bersemi
‘Smoga rasa tetap terjaga
Melawan angkara berselimut santun
Merona merah pastikan warna
Menjadi cahaya yang menyejukkan
By irdna
Sabtu, 01 Maret 2008
Kisah Dua Anak Burung
Ada dua ekor anak burung yang sudah beranjak dewasa. Anak burung yang satu mempunyai kemauan yang kuat untuk belajar terbang. Dia berencana meloncat dari sarang untuk mencapai dahan yang disebelah sarang. Sedangkan anak burung yang kedua tidak mempunyai kemauan untuk belajar terbang. Dia merasa malas dan tidak mempunyai keberanian untuk belajar terbang. Baginya hidup disarang dan menerima makanan dari sang induk saja sudah cukup.
Suatu hari anak burung yang pertama meloncat dan berusaha mengepakkan sayapnya, tapi apa daya, dia terjatuh dari atas pohon bergulingan ke tanah. Dia meringis kesakitan, lalu dia berusaha bangkit dan mencoba lagi. Hal ini dilakukan berulang ulang. Sedangkan anak burung yang kedua memandang sambil bergumam, "buat apa susah-susah belajar terbang, daripada aku jatuh bangun dan badanku sakit, lebih baik aku tiduran di sarang aja toh makanan akan datang dari indukku."
Hingga pada suatu hari anak burung pertama telah berhasil terbang setelah belajar dan berjuang tidak kenal lelah. Dia telah bisa bercengkerama dengan burung lain dari dahan yang satu ke dahan yang lain, dari pohon satu ke pohon yang lain, dan dia sudah bisa mencari makan sendiri. Dengan riang gembira dia menjalani hidup dengan kemandirian. Sedangkan anak burung kedua dia hanya bisa memandangi teman temannya yang telah mandiri. Dalam hati dia menyesal, mengapa dia tidak mau belajar terbang sejak dulu. Dia meratapi nasibnya yang masih bergantung ke induknya untuk makan.
Renungan: memang hidup adalah pilihan. Sering kali pilihan untuk sukses diawali dengan jatuh bangun, pahit getir, atau bahkan meghadapi resiko yang bila kita membayangkan membuat hati kita ngeri untuk melangkah lebih jauh. Tapi sobat, kalau kita tidak menghadapi resiko, kita tidak akan maju, kita akan bernasib sama dengan anak burung kedua, yang masih bergantung kepasda orang lain. Kita akan merasa ketinggalan dengan orang yang telah lebih dulu sukses. Tidak ada salahnya kita belajar mengepakkan sayap. Hadapi dunia, terbang sejauh-jauhnya. Songsong cita-cita kita walaupun kita harus berpisah dengan orang yang kita sayangi. Walaupun kita akan merana, kesakita, sendiri, anggap saja ini ujian untuk mencapai hidup yang lebih baik.
by: irdna
Fenomena Masa Lalu
Jika kita memandang langit yang cerah diwaktu malam, maka akan tampak bintang-bintang yang bertaburan memancarkan cahayanya. Kerlip bintang bagaikan jutaan intan yang menghiasi langit waktu itu.
Tapi tahukah anda, bintang-bintang yang kita lihat saat ini bukan merupakan kondisi keadaan sekarang, tapi kondisi keadaan masa lampau, mungkin 100 tahun yang lalu, 1000 tahun yang lalu, atau berjuta-juta tahun yang lalu. Bisa saja bintang yang kita lihat, sekarang sudah tidak ada lagi. Atau dengan kata lain bintang tersebut sudah tidak memancarkan cahayanya lagi. Kok bisa?
Fenomena ini bisa dijelaskan bila kita melihat jarak bintang yang kita lihat itu. Untuk jarak yang sangat jauh kita memakai satuan tahun cahaya. Yaitu jarak yang ditempuh oleh cahaya selama sekian tahun (kecepatan cahaya sekitar 300.000 km/dt). Perlu diketahui jarak bintang yang terdekat dengan bumi sekitar 8 tahun cahaya. Jadi jika kita melihat bintang terdekat tersebut di suatu malam, maka sebenarnya kita melihat kondisi bintang tersebut delapan tahun yang lalu.
Belum lagi kalau kita melihat cahaya bintang yang berkedip (pertanda sangat jauh) yang berjarak 1000 tahun cahaya, maka sebenarnya kita melihat kondisi bintang tersebut 1000 tahun yang lalu. Ada bintang yang berjarak 1 juta tahun, 1 milyar tahun, atau bahkan 1 trilyun tahun cahaya, bisa dibayangkan sebenarnya kita melihat kondisi bintang 1 juta, 1 milyar atau bahkan 1 trilyun tahun yang lalu. Atau bahkan kita melihat kondisi bintang saat kehidupan di bumi belum ada.
Wow........., ternyata kita banyak keterbatasan untuk memahami semua ciptaan Tuhan. Kita dibatasi ruang dan waktu. Kita hanya dapat merasakan semua kedahsyatan fenomena sebagai pertanda bahwa yang menciptakan itu semua meraupakan dzat yang maha besar. Allahu Akbar.
by: irdna
by: irdna
Jingga
Seutas kisah mengiang indah
Sambut jiwa yang terurai melodi kehidupan
Hingga tak terasa terarak dan berserak jadi puing symphony
Begitu terlena suasana gema mahligai tak bertepi
Biduk kasih yang terangkai berlalu semu
Tinggalkan rona bagai siluet pelangi
Sadarkan jiwa akan sebuah rasa terbersit jingga
Melambai tertiup hawa sukma tergores bara
Rentang masa membawa asa ke penghujung sirna
Diterkam gelombang hanyut terbawa
Tiada bertepi hingga beriak pergi
Berganti rasa menjelma mengalir ke samudera
Bahtera jiwa berlayar pergi meyongsong sepi
Tinggalkan dermaga meniti haluan merajut taman hati
Rasakan warna merangkai melodi
Demi lestari tergapai syahdu teriring merdu
by: irdna
Medio, January 1997
Sambut jiwa yang terurai melodi kehidupan
Hingga tak terasa terarak dan berserak jadi puing symphony
Begitu terlena suasana gema mahligai tak bertepi
Biduk kasih yang terangkai berlalu semu
Tinggalkan rona bagai siluet pelangi
Sadarkan jiwa akan sebuah rasa terbersit jingga
Melambai tertiup hawa sukma tergores bara
Rentang masa membawa asa ke penghujung sirna
Diterkam gelombang hanyut terbawa
Tiada bertepi hingga beriak pergi
Berganti rasa menjelma mengalir ke samudera
Bahtera jiwa berlayar pergi meyongsong sepi
Tinggalkan dermaga meniti haluan merajut taman hati
Rasakan warna merangkai melodi
Demi lestari tergapai syahdu teriring merdu
by: irdna
Medio, January 1997
Malam Yang Damai
Sekian lama tdk bersua
Tiada berita datang bersama
Seikat asa hanyut terbawa
Hempaskan harapan berganti lara
Alunan waktu terus berlalu
Membawa asa alihkan pilu
Awan kelabu telah tersapu
Berganti makna dan warna baru
Namun pelangi tetap terpatri
Walau tersimpan dan tersembunyi
Sebagai kenangan takkan terganti
Hingga sampai akhir hayat nanti
by irdna
Tiada berita datang bersama
Seikat asa hanyut terbawa
Hempaskan harapan berganti lara
Alunan waktu terus berlalu
Membawa asa alihkan pilu
Awan kelabu telah tersapu
Berganti makna dan warna baru
Namun pelangi tetap terpatri
Walau tersimpan dan tersembunyi
Sebagai kenangan takkan terganti
Hingga sampai akhir hayat nanti
by irdna
Langganan:
Postingan (Atom)