Ayo Bersama Kita Miningkatkan Traffic.....

"Ingin meningkatkan traffic pengunjung dan popularity web anda secara cepat dan tak terbatas...? Serahkan pada saya..., Saya akan melakukannya untuk anda GRATIS...!..Klik disini-1 dan disini-2"

Jumat, 21 Maret 2008

Buah yang Manis





Kisah ini dimulai sekitar tahun 1980. Ada seorang anak laki-laki berumur sekitar 7 th. Anak tersebut dari keluarga yang sangat miskin. Ibunya sudah meninggal sejak ia masih kecil. Dan dia tinggal dengan neneknya. Ayahnya sudah menikah lagi. Si anak berjualan es keliling untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Kulitnya yang hitam dan rambut yang merah menandakan dia setiap hari berpanas-panas untuk menjajakan dagangannya.

Suatu hari dia dipanggil oleh suatu keluarga karena anaknya akan membeli es dagangannya. Si nyonya rumah merasa iba melihat kondisi anak tersebut. Dia memperhatikan, baju yang sudah lusuh dan kumal, sandal yang berlainan warna kiri dan kanan, mata yang memerah menandakan dia sudah kepayahan. Si nyonya rumah menawarkan dia bekerja di rumah tersebut, untuk menjadi pembantu rumah tangga dan dimasukkan sekolah dasar, karena sampai saat itu si anak belum pernah mengenyam bangku sekolah.

Setelah mendapat ijin dari sang nenek, mulailah dia tinggal bersama keluarga itu. Keluarga tersebut mempunyai 3 orang anak yang masih kecil-kecil. Setiap hari dia bangun pagi sekali. Setelah sholat subuh dia mengerjakan pekerjaan rumah, menyapu, mencuci piring, mencuci baju, lalu pada jam 7 dia berangkat sekolah. Sepulang sekolah dia melanjutkan pekerjaan rumah. Setelah itu dia menemani anak-anak majikannya bermain. Demikian pekerjaan itu dijalaninya selama bertahun-tahun dengan hati senang dan ikhlash.

Hingga pada suatu hari si tuan rumah di pindah tugas ke lain kota oleh instansi tempatnya bekerja. Pada saat itu si anak sudah berumur 18 th. Dia sudah duduk di bangku SMA. Tidak terasa sudah 11 tahun dia mengabdi pada keluarga tersebut. Sudah saatnya dia hidup mandiri, karena dia tidak mau berpisah dengan neneknya, dengan ikut keluarga tersebut. Terpaksa dia berpisah dengan keluarga yang telah banyak berjasa dalam hidupnya. Rasa berat untuk berpisah dirasa sangat berat bagi keluarga terutama sang tuan rumah. Karena dia menemukan semangat yang luar biasa untuk belajar pada diri sang anak.

Dua puluh tahun berlalu, Si tuan rumah sudah berpindah tugas beberapa kali, dan dia menduduki suatu jabatan penting di instansi pemerintah dan ditempatkan di ibukota propinsi. Setiap hari dia menemui tamu dan beberapa pejabat pemerintah untuk urusan kedinasan. Suatu hari dia di hubungi receptionist bahwa ada seorang tamu yang mengaku anak angkatnya dulu. Ingin bertemu. Si tuan rumah sudah mulai lupa dengan anak pungutnya. Dia berpikir mungkin hanya orang yang mengaku-ngaku saja. Jaman sekarang banyak orang yang memanfaatkan kesempatan untuk memperoleh keuntungan dengan segala cara.

Begitu bertemu si tuan rumah sudah tidak mengenali, karena kondisi si anak sudah jauh berbeda. Dia berpakaian rapi ber jas dan berdasi. Begitu dijelaskan, betapa terharunya si tuan rumah. Ternyata si anak sudah menjabat kepala dinas di sebuah instansi pendidikan. Dia sudah hidup makmur. Rupanya setelah berpisah dengan keluarga si tuan rumah, si anak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi hingga mencapai gelar Sarjana. Dia membiayai kuliahnya dengan menjadi loper Koran.

Renungan : Semua yang dilakukan dengan tulus iklash akan membuahkan hasil yang manis. Si anak pungut iklash membantu keluarga si tuan rumah, sedangkan si tuan rumah juga iklash membantu pendidikan sang anak pungut. Demikianlah rantai kebajikan akan memunculkan kebaikan pula. Tali silaturahmi antara si anak pungut dengan keluarga si tuan rumah terus terjalin, meskipun sekarang dipisahkan jarak. Si tuan rumah merasa bangga dengan apa yang telah dicapai oleh si anak pungut, meskipun bukan merupakan darah dagingnya.

Congratulation just for Bp. Fathorrahman, SPd, MSc. You’ll always be in our heart.

By : irdna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar